Kairo, 24 Syawal 1434/31 Agustus 2013 (MINA) – Aksi unjuk rasa terbesar menentang pemerintahan militer dilakukan Jumat (30/8) setelah jedah sejak bentrokan berdarah dua pekan lalu di mana ratusan pengunjuk rasa tewas.
Ribuan warga Mesir berbaris melalui distrik Kairo dan kota-kota lainnya untuk menuntut kembalinya presiden terguling Muhammad Mursi, mengabaikan peringatan bahwa pasukan keamanan akan melepaskan tembakan jika protes berubah menjadi kekerasan.
Sebagian besar protes berjalan damai, Aljazeera melaporkan yang dikutip Kantor Berita Islam MINA (Mi’raj News Agency), Sabtu (31/8).
Kementerian kesehatan mengatakan enam orang tewas pada Jumat dalam bentrokan antara demonstran dan penduduk lokal, termasuk satu di Port Said. Pendukung Mursi juga mengatakan bahwa orang lain juga tewas di Zagazig, kegubernuran Sharqiya.
Sementara Anadolu Agency melaporkan bahwa setidaknya sepuluh orang tewas dan puluhan terluka dalam hari kekerasan Jumat yang melanda beberapa daerah di Mesir.
Gerakan protes Ahrar mengatakan bahwa enam anggotanya tewas dalam bentrokan dengan polisi di Lebanon Square, Kairo Barat, di mana mereka menggelar protes menuntut realisasi tuntutan yang luar biasa dari Revolusi Mesir Januari 2011, yang menggulingkan Presiden Hosni Mubarak.
Tepat setelah shalat Jumat, sekitar 500 pengunjuk rasa berangkat dari Masjid Sahib Rumi pusat Kairo dengan nyanyian "Bangun, jangan takut, tentara harus pergi!", "Kementerian dalam negeri adalah preman!" dan "Mesir adalah Islam, bukan sekuler!"
Pada pertengahan sore, ribuan orang berbaris di beberapa kabupaten lainnya di Kairo dan pinggiran kota.
Kementerian Dalam Negeri mengatakan dalam sebuah pernyataan yang disiarkan secara nasional, Kamis, bahwa pasukannya akan menanggapi dengan ketegasan terhadap tindakan-tindakan yang mengancam keamanan nasional. Polisi mendapat perintah untuk menggunakan kekuatan mematikan dalam membela properti publik dan swasta.
Ikhwan merilis sebuah pernyataan empat halaman di hari yang sama, meminta pasukan keamanan untuk tidak mematuhi perintah "untuk membunuh".
Pihak berwenang terus memburu para pemimpin senior Ikhwanul Muslimin, menangkap dua tokoh atas Ikhwanul, termasuk Mohamed el-Beltagy, Kamis.
Kekerasan Mesir mencapai puncaknya pada 14 Agustus ketika polisi, yang didukung oleh penembak jitu dan buldoser, menyerang dua aksi duduk utama di ibukota yang dipimpin Ikhwanul.
0 komentar:
Posting Komentar
Bebas tapi tetep jaga kesopanan berkomentar ya gan n sis juga ^_^