picture by google |
Saya tertarik dengan salah satu film yang cukup ramai yang jadi perbincangan di akhir tahun 2014 yang lalu dan sampai saat ini mungkin masih di perbincangkan dan banyak yang memiliki penilaian masing-masing setelah meyaksikannya. Jujur, saya belum menonton film ini karena belum sempat hehehe.
Saya ingin berbagi referensi atau opini atau penilaian dari orang lain, tidak ada salahnya kan cerita dia saya ambil sebagai referensi :) nanti setelah saya menontonnya, saya juga akan berbagi cerita atau opini saya kepada teman-teman.
opini saya share kembali dari forum kompasiana, berikut selengkapnya tanpa ada pengurangan atau penambahan kata :
Selasa pagi. Sederet rutinitas telah menunggu untuk diselesaikan. Namun Selasa di minggu terakhir Desember ini berbeda. Ada apa? Apakah karena Selasa ini sudah dekat dengan pergantian tahun? Ataukah ada momen yang spesial? Entahlah.
Selasa ini saya merasakan ada atmosfer yang berbeda. Media sosial banyak mengabarkan mengenai berita pesawat yang baru-baru ini hilang, tetapi ada yang menelisik rasa penasaran saya ketika banyak media tak kalah memberitakan mengenai pemutaran film yang berjudul “Assalamualaikum Beijing”.
Ada apa dengan film ini? Apa istimewanya sehingga banyak yang memberitakan dan mempromosikan sehingga harus nonton? Ternyata film yang diputar hari ini, 30 Desember 2014 serentak di seluruh bioskop Tanah Air ini merupakan adaptasi dari novel karya Asma Nadia.
Rasa penasaran yang terus bergejolak akhirnya membuat saya menonton film ini (lagi). Hari ini Asma Nadia mengadakan nonton bareng film “Assalamualaikum Beijing” di Depok Town Square (Detos) pada pukul 15.00 WIB. Saya sudah tiba di lokasi dua jam sebelumnya. Ternyata aroma keramaian sudah terasa. Antusias masyarakat saat bertemu dengan Morgan Oey (Zhong Wen) sangat dahsyat. Mulai dari berfoto, mengobrol, dan meminta tanda tangan pun tak luput dari kegiatan sore itu.
Ketika mendekati pemutaran film pukul 15.00 WIB, lagi-lagi saya dibuat terkejut. Ternyata tiket untuk pemutaran film pukul 15.00 WIB sudah habis. Entah kekuatan macam apa yang membuat saya yang datang dua jam lebih awal, tidak bisa masuk pada pemutaran sesi pertama bersama Asma Nadia dan Morgan Oey. Rasa kecewa pertama muncul. Akhirnya saya harus berlapang dada untuk menunggu pemutaran sesi kedua pada pukul 17.00 WIB.
Setelah menunggu beberapa jam dan berkeliling mencari kesibukan, tibalah waktunya untuk masuk studio menyaksikan film yang sudah banyak diberitakan ini. Suasana ruangan yang dingin menyambut saya dan teman-teman ketika datang. Mendapat tempat di kursi paling depan, tidak menyurutkan niat untuk tetap menonton film ini.
Beberapa jam di dalam studio, akhirnya kami semua keluar dengan rasa kecewa. Lebih tepatnya saya yang membawa rasa kecewa tersebut. Mengapa film yang digadang-gadang bagus ini malah membuat saya kecewa? Berikut daftar kekecewaan saya.
1. Saya kecewa!
Saya kecewa karena baru merasakan kesedihan pada pemutaran film kedua. Pemutaran perdana (premier) dilaksanakan pada tanggal 26 Desember 2014 di XXI Epicentrum Kuningan. Ketika saya menyaksikan film ini pertama kali, rasa kesedihan belum muncul. Mungkin karena efek nonton sambil berdiri hehe. Ya, ketika itu saya dan teman-teman kebetulan tidak mendapatkan tempat duduk.
2. Saya kembali kecewa!
Saya kecewa karena film sarat akan hikmah kehidupan ini baru muncul pada akhir tahun. Karena jujur, jarang sekali film Indonesia yang memiliki ruh dalam setiap potongan kisahnya.
3. Saya kembali kecewa!
Lagi-lagi saya dibuat kecewa karena begitu banyaknya orang yang antre panjang untuk menyaksikan film “Assalamualaikum Beijing” di hari pertama sehingga saya tidak bisa menonton pada putaran pertama.
4. Saya sangat kecewa berat!
Saya kecewa berat karena baru menemukan film yang memiliki banyak pelajaran hidup namun bebas dari adegan asusila. Film yang mengisahkan perjalanan seorang wanita tegar bernama Asmara yang meyakinkan penontonnya bahwasanya cinta sejati itu ada.
5. Saya kecewa lagi!
Saya kecewa karena film ini bukan tergolong dalam genre komedi, namun membuat saya tersenyum sepanjang pemutarannya. Senyum itu tercipta karena banyak adegan dan kata-kata yang menginspirasi dalam setiap jalan ceritanya. Selain itu akting para pemainnya, salah satunya Sekar dan suaminya yang menjadi pelengkap film ini juga turut menambah senyum saya selama menonton. Salah satu kata yang menginspirasi dalam film ini adalah “Tah perlu fisik yang sempurna untuk memiliki kisah cinta yang sempurna. Cinta sejati itu ada” :D
Kesimpulannya kawan, film ini ternyata membuat saya berhasil menulis kembali setelah berkelana kehilangan ruhnya. Film ini juga sangat layak dinikmati oleh segala usia, tak terbatas ruang dan waktu.
Di sini kita bisa menyaksikan bagaimana perjuangan seseorang yang benar-benar mencintai dengan tulus, seseorang yang mendapatkan hidayah melalui perantara hamba-Nya, seseorang yang dengan tegar menghadapi ujian yang diberikan oleh-Nya, dan sosok luar biasa yang menginspirasi banyak orang dengan tulisannya. Beliau berda’wah melalui tulisannya, mensyiarkan agama melalui karyanya, serta kembali meruntuhkan dinding kokoh yang tercipta antara umat dan Rasul melalui kisah sahabat yang disisipkan melalui novel dan film “Assalamualaikum Beijing”. Ya, beliau adalah ibu dari dua orang putra-putrinya yakni Asma Nadia.
Jadi, masihkah berpikir dua kali untuk menutup akhir tahun Anda dengan menyaksikan film ini? Masihkah berpikir dua kali untuk mendapatkan banyak pelajaran hari ini? Yuk, bangga buatan dalam negeri dengan cara menghargai setiap karya yang dibuat oleh anak bangsa, salah satunya mengapresiasi film “Assalamualaikum Beijing”. Selamat menyaksikan bagi yang belum, bagi yang sudah bisa berbagi bagaimana kesan setelah menontonnya :)
0 komentar:
Posting Komentar
Bebas tapi tetep jaga kesopanan berkomentar ya gan n sis juga ^_^