PT Jakarta Monorail (PT JM) telah mencapai kata sepakat dengan CNR Changchun Railway Vehicle Co. Ltd. Perusahaan asal China itu akan mendatangkan rangkaian kereta (rolling stock) merek Chongqing untuk digunakan dalam proyek monorel.
Juru Bicara PT JM Bovanantoo menyatakan bahwa kereta Chongqing ini paling memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan PT JM. Kereta ini sudah teruji kemampuannya karena telah memasok kebutuhan untuk monorel diberbagai negara selama bertahun-tahun, serta memiliki kapasitas yang paling memadai.
"Perkiraan dari jumlah kereta yang kami pesan bisa untuk memenuhi kapasitas penumpang sebesar 500.000 orang per hari dengan total sebanyak 178 rangkaian selama tiga tahun dengan pengiriman secara bertahap," ujar Bovanantoo, Rabu (17/4).
Menurutnya, di awal Juni mendatang, JM akan mendatangkan dua bagian kereta, yaitu kepala dan badan kereta untu ditampilkan di Monas sebagai prototype. Tujuannya agar masyarakat kenal apa itu monorel.
Bovanantoo menambahkan, untuk jalur Green Line yang akan dibangun pada tahap awal, JM akan mendatangkan 30 rangkaian kereta.
Meski sudah memastikan merek dan teknologi kereta yang akan digunakan, namun JM belum menentukan komponen pendukung lainnya seperti persinyalan. Komponen pendukung ini masih bisa terbuka dan tak mesti dari China.
"Itu juga pertimbangan kami memilih Chongqing karena komponen lainnya bisa dipecah dan tak mesti dari negara tersebut," katanya.
Bovanantoo bilang manajemen sedang menjajaki beberapa kemungkinan, termasuk dengan perusahaan lokal. Tapi ia mengakui China sudah menawarkan untuk menyediakan sinyal tersebut dalam waktu cepat.
Walau begitu, ia bilang hal yang paling mungkin dalam menyediakan perangkat sinyal adalah mengombinasikan teknologi lokal dan China.
Ia menghitung bahwa konten produk asing untuk proyek monorel ini hanya berkisar 30% dari total investasi Rp 7 triliun. Sementara sisanya menggunakan produk lokal.
"Terutama untuk civil structure, semuanya menggunakan produk lokal," tandasnya.
PT JM dalam jangka panjang juga meminta CNR Changchun Railway Vehicle agar ada transfer teknologi pembuatan kereta. Dengan begitu, Indonesia bisa membuat teknologi serupa untuk dikembangkan sendiri.
Menanti prosedur administrasi
Sementara itu, pembangunan fisik monorel hanya tinggal menunggu beberapa urusan prosedur administrasi terkait perizinan. Dokumen-dokumen perizinan sedang dievaluasi oleh pemerintah pusat dan daerah.
Di tempat terpisah, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) berkomentar, yang membuat pusing bukan terletak pada kerja proyeknya, melainkan prosedur administrasi dan peraturan yang mesti dipatuhi.
"Memang aturan-aturannya harus begitu. Nanti kalau ndak diikuti, ada yang nembak. Wah, ini begini begitu. Saya nggak mau begitu," katanya.
Namun, mantan Walikota Solo itu meyakini bahwa satu dari dua mega proyek transportasi, entah monorel atau mass rapid transit (MRT), bisa diresmikan pembangunannya akhir bulan ini.
"Ini memang kejar-kejaran. Nggak tahu monorel atau MRT yang duluan. Pokoknya, minimal salah satu sudah ada yang declare bulan ini. Kalau bisa dua-duanya lebih bagus," ujarnya.
0 komentar:
Posting Komentar
Bebas tapi tetep jaga kesopanan berkomentar ya gan n sis juga ^_^